Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah
Untuk meningkatkan produksi beras
dalam rangka pencapaian swasembada pangan, diperlukan upaya terobosan rekayasa
teknologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan yang dapat diterapkan dalam waktu
segera. Salah satunya adalah peningkatan produktivitas melalui pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Beberapa komponen teknologi budidaya padi
sawah dengan pendekatan PTT adalah:
1. Varietas Anjuran dan Kebutuhan Benih
Penggunaan varietas unggul yang sesuai memegang peranan paling menonjol dalam usaha peningkatan hasil maupun sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit serta mengatasi keracunan hara. Beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan guna menentukan penggunaan varietas di suatu wilayah atau hamparan tertentu, antara lain:
- Berumur sedang, 120 hingga 130 hari, agar tidak mengganggu pola tanam.
- Benih bermutu baik dengan daya tumbuh > 90%, campuran varietas lain (cvl) kurang dari 1%. Kebutuhan benih 30 kg/ha untuk cara tanam pindah konvensional dan 40 kg/ha untuk cara Jajar Legowo.
- Di daerah endemis serangan penyakit tungro adalah varietas Memberamo, Kalimas, Bondoyudo.
- Di daerah endemis serangan wereng coklat dapat dipilih varietas: Memberamo, Digul, Way Apo Buru, Widas, Ciherang dan Ketonggo (ketan).
- Varietas untuk musim hujan adalah: Ciherang, Cibogo, Mekongga, Way Apoburu, Konawe, Kalimas, Bondoyudo, Cimelati, dan IR-64.
- Untuk musim kemarau varietas yang dianjurkan adalah: Memberamo, Ciherang, Cibogo, Way Apoburra, Konawe, Cimelati, Mekongga dan Widas.
2. Pesemaian dan Penyiapan Bibit
- Area pesemaian seluas 300 m2/ha. Hindarkan pembuatan pesemaian dekat lampu agar tidak menarik hama wereng dan penggerek batang.
- Benih direndam selama 24 jam dan diperam selama 24 jam.
- Untuk memudahkan pencabutan bibit (daud); pada dasar pesemaian diusahakan ditaburi dengan sekam atau abu sekam 2 kg/m2 dan pupuk organik 1 kg/m2, baru benih ditaburkan.
- Daerah endemis hama wereng coklat, benih diperlakukan dengan cara dicampur dulu dengan insektisida fipronil sebelum ditabur di pesemaian.
- Pemupukan 200 gram urea + 100 gram SP-36 + 60 gram KCl/10 m2 pada umur 5 hari.
- Bibit dipindahkan pada umur 18-21 hari.
3. Penyiapan Lahan
- Pengolahan tanah dengan bajak dilakukan 2 kali, pupuk organik 2,0 ton/ha (pupuk kandang) diberikan sebelum pembajakan tanah II, disebar merata.
- Gulma dan sisa tanaman diambil dan disingkirkan dari petakan sawah.
4. Cara Tanam
Cara tanam pindah dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
- Pada saal tanam, keadaan air di petakan macak-macak.
- Jarak tanam Legowo: 35 cm X (20 cm X 10 cm), 2 bibit/rumpun. Jarak antar baris berselang-seling 35 cm dan 20 cm; jarak dalam baris 10 cm.
- Bibit ditanam pada umur 18-21 hari.
- Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan alat "ATAJALE”.
5. Penyiangan
- Penyiangan dilakukan secara manual dicabuti atau mekanis (menggunakan “osrok”/landak)
- Peenyiangan I pada saat tanaman berumur sekitar 15 hari, penyiangan II berumur sekitar 25 hari, selanjutnya disesuaikan dengan populasi gulma. Sebaiknya penyiangan dilakukan sedini mungkin.
- Dipastikan biji rumput tidak dapat tumbuh sebagai sumber gulma pada pertanaman padi atau palawija musim berikutnya.
6. Pengairan
- Pengelolaan air diusahakan seefisien mungkin agar diperoleh penghematan air dengan kualitas pengairan cukup.
- Tinggi genangan air maksimal 3 cm (petakan yang dapat diairi setiap saat). Dihindari kekurangan air saat premordia (40-42 HST) dan pengisian bulir (6580 HST). Sepuluh hari sebelum panen, air dikeluarkan dari petakan.
7. Pemupukan
Pemupukan dimaksudkan menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Untuk perlakuan pemupukan dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pemupukan Organik
Pupuk organik diperlukan untuk membuat struktur agregat tanah yang lebih baik dan meningkatkan aktivitas hayati dan sumber hara mikro serta meningkatkan efisiensi pemupukan, diberi pupuk organik 2-3 ton /ha dan ditebarkan pada pengolahan tanah terakhir.
(b) Pemupukan Anorganik
- Pada saat pemupukan dan 3 hari sesudahnya saluran pemasukan dan pengeluaran air harus ditutup.
- Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk meratake seluruh areal pertanaman.
- Penentuan dosis pupuk P dan K didasarkan pada kandungan hara P dan K dalam tanah.
8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian OPT menerapkan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) dengan penekanan pada pengamatan dan monitoring tiap minggu. Apa bila populasi hama sudah mendekati ambang kendali dilakukan pengendalian dengan pestisida hayati atau kimia sesuai populasi dan potensi serangan.
9. Panen dan Penangan hasil
- Panen dilakukan bila 95% butir padi pada setiap malai telah menguning.
- Panen dilakukan secara riil, hasil tiap petakan ditimbang.
- Perontokan menggunakan alat mesin perontok, minimal menggunakan pedal tresher yang sederhana.
1. Varietas Anjuran dan Kebutuhan Benih
Penggunaan varietas unggul yang sesuai memegang peranan paling menonjol dalam usaha peningkatan hasil maupun sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan penyakit serta mengatasi keracunan hara. Beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan guna menentukan penggunaan varietas di suatu wilayah atau hamparan tertentu, antara lain:
- Berumur sedang, 120 hingga 130 hari, agar tidak mengganggu pola tanam.
- Benih bermutu baik dengan daya tumbuh > 90%, campuran varietas lain (cvl) kurang dari 1%. Kebutuhan benih 30 kg/ha untuk cara tanam pindah konvensional dan 40 kg/ha untuk cara Jajar Legowo.
- Di daerah endemis serangan penyakit tungro adalah varietas Memberamo, Kalimas, Bondoyudo.
- Di daerah endemis serangan wereng coklat dapat dipilih varietas: Memberamo, Digul, Way Apo Buru, Widas, Ciherang dan Ketonggo (ketan).
- Varietas untuk musim hujan adalah: Ciherang, Cibogo, Mekongga, Way Apoburu, Konawe, Kalimas, Bondoyudo, Cimelati, dan IR-64.
- Untuk musim kemarau varietas yang dianjurkan adalah: Memberamo, Ciherang, Cibogo, Way Apoburra, Konawe, Cimelati, Mekongga dan Widas.
2. Pesemaian dan Penyiapan Bibit
- Area pesemaian seluas 300 m2/ha. Hindarkan pembuatan pesemaian dekat lampu agar tidak menarik hama wereng dan penggerek batang.
- Benih direndam selama 24 jam dan diperam selama 24 jam.
- Untuk memudahkan pencabutan bibit (daud); pada dasar pesemaian diusahakan ditaburi dengan sekam atau abu sekam 2 kg/m2 dan pupuk organik 1 kg/m2, baru benih ditaburkan.
- Daerah endemis hama wereng coklat, benih diperlakukan dengan cara dicampur dulu dengan insektisida fipronil sebelum ditabur di pesemaian.
- Pemupukan 200 gram urea + 100 gram SP-36 + 60 gram KCl/10 m2 pada umur 5 hari.
- Bibit dipindahkan pada umur 18-21 hari.
3. Penyiapan Lahan
- Pengolahan tanah dengan bajak dilakukan 2 kali, pupuk organik 2,0 ton/ha (pupuk kandang) diberikan sebelum pembajakan tanah II, disebar merata.
- Gulma dan sisa tanaman diambil dan disingkirkan dari petakan sawah.
4. Cara Tanam
Cara tanam pindah dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
- Pada saal tanam, keadaan air di petakan macak-macak.
- Jarak tanam Legowo: 35 cm X (20 cm X 10 cm), 2 bibit/rumpun. Jarak antar baris berselang-seling 35 cm dan 20 cm; jarak dalam baris 10 cm.
- Bibit ditanam pada umur 18-21 hari.
- Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan alat "ATAJALE”.
5. Penyiangan
- Penyiangan dilakukan secara manual dicabuti atau mekanis (menggunakan “osrok”/landak)
- Peenyiangan I pada saat tanaman berumur sekitar 15 hari, penyiangan II berumur sekitar 25 hari, selanjutnya disesuaikan dengan populasi gulma. Sebaiknya penyiangan dilakukan sedini mungkin.
- Dipastikan biji rumput tidak dapat tumbuh sebagai sumber gulma pada pertanaman padi atau palawija musim berikutnya.
6. Pengairan
- Pengelolaan air diusahakan seefisien mungkin agar diperoleh penghematan air dengan kualitas pengairan cukup.
- Tinggi genangan air maksimal 3 cm (petakan yang dapat diairi setiap saat). Dihindari kekurangan air saat premordia (40-42 HST) dan pengisian bulir (6580 HST). Sepuluh hari sebelum panen, air dikeluarkan dari petakan.
7. Pemupukan
Pemupukan dimaksudkan menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Untuk perlakuan pemupukan dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pemupukan Organik
Pupuk organik diperlukan untuk membuat struktur agregat tanah yang lebih baik dan meningkatkan aktivitas hayati dan sumber hara mikro serta meningkatkan efisiensi pemupukan, diberi pupuk organik 2-3 ton /ha dan ditebarkan pada pengolahan tanah terakhir.
(b) Pemupukan Anorganik
- Pada saat pemupukan dan 3 hari sesudahnya saluran pemasukan dan pengeluaran air harus ditutup.
- Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk meratake seluruh areal pertanaman.
- Penentuan dosis pupuk P dan K didasarkan pada kandungan hara P dan K dalam tanah.
8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian OPT menerapkan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) dengan penekanan pada pengamatan dan monitoring tiap minggu. Apa bila populasi hama sudah mendekati ambang kendali dilakukan pengendalian dengan pestisida hayati atau kimia sesuai populasi dan potensi serangan.
9. Panen dan Penangan hasil
- Panen dilakukan bila 95% butir padi pada setiap malai telah menguning.
- Panen dilakukan secara riil, hasil tiap petakan ditimbang.
- Perontokan menggunakan alat mesin perontok, minimal menggunakan pedal tresher yang sederhana.
Potensi Komoditi Padi Sawah
C.PENGOLAHAN LAHAN
Pengolahan lahan untuk pesemaian
1. Pengolahan
lahan dengan cara tradisional (mengoptimalkan penggunaan hewan ternak)
2. Pengolahan
lahan secara modern dengan traktor tangan
Pengolahan lahan untuk pertanaman
1. Pengolahan
lahan dengan cara tradisional
2. Pengolahan
lahan secara modern dengan traktor tangan
D. PEMILIHAN VARIETAS, PERAWATAN BENIH DAN PENYEMAIAN
1. Varietas IR64 dan salah satu varietas unggul baru (Fatmawati,
Sintanur)
2. Seed treatment (perawatan benih sebelum semai) dengan bahan kimia (fungisida atau
bahan alami)
3. Penyemaian: tradisional vs modern, individual vs kelompok. Biasanya
petani melakukan penyemaian padi secara berkelompok pada suatu areal tertentu.
4.
Menguji
sistem direct seedling
E. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN
1. Penanaman secara tradisional dengan melibatkan tenaga kerja wanita
(studi wanita)
2. Penanaman secara modern dengan mesin penanam
3. Pengelolaan tanaman secara terpadu (Integrated Crop Management) dengan sub pengelolaan : INM (Integrated Nutrient Managemen,pemanfaatan
pupuk hayati kombinasinya dengan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk kimia)
dan IPM (Integrated Pest Management,
pemanfaatan biopestisida untuk pengelolaan hama dan penyakit dikombinasikan dengan
pestisida kimia, pemanfaatan bebek/menthok untuk pengendalian gulma)
4. Pemanfaatan air seefisien mungkin (pengembangan teknologi irigasi)
F. PANEN DAN PASCA PANEN
1.
Metode panen (tradisional vs
modern) dengan meminimalkan kehilangan hasil. (perlu budidaya beras
yang tidak mudah rontok)
2. Metode pengeringan gabah (konvensional dng tenaga surya vs modern
dengan sumber energi lain), penyimpanan gabah (packing, dll)
3. Metode konversi gabah menjadi beras : brown rice (beras merah/beras yang terikut katulnya) vs. beras
sosoh (beras putih yang bebas katul)
4. Packing beras
5. Penyimpanan beras merah dan beras sosoh, bagaimana kondisi
penyimpanan dan bisa bertahan berapa lama sehingga rasa dan gizi tidak jauh
berkurang
G. PENGOLAHAN PRODUK DAN DIVERSIFIKASI PRODUK
1. Pengolahan beras menjadi nasi (cara menanak hemat enersi, cepat dan
rasa nasinya pulen) dan produk makanan berbasis nasi (intip goreng, snack, senbei(jpn), brondong nasi)
2. Pengolahan beras menjadi tepung kemudian menjadi berbagai produk
makanan berbasis tepung beras seperti kue-kue, bahan kosmetika, bahan obat,
minuman (beras kencur, wine)
3. Pengolahan katul menjadi makanan bergizi tinggi kemudian melakukan
sosialisasi sehingga nantinya bisa diterima oleh masyarakat (dulu pernah
menjadi makanan favorit)
4. Pengolahan katul menjadi bahan suplemen beras sosoh (beras sosoh +
katul menjadi brown rice, bagaimana teknologinya, sosialisasinya ke masyarakat)
5. Pemanfaatan katul/dedak sebagai komponen pakan ternak/ikan
6. Pengolahan menir (beras yang pecah waktu disosoh) menjadi tepung,
bahan makanan (utri)
H. PEMASARAN PRODUK
1. Mekanisme penjualan produk primer (gabah, beras) maupun sekunder
(selain yg dua itu) yang menguntungkan petani
2. Revitalisasi/penyehatan peranan KUD dalam pemasaran produk pertanian
sehingga bargaining position-nya
lebih kuat dibanding petani per individu
I. PEMANFAATAN HASIL SAMPING PADI
1.
Jerami.
a.
Tunggul tanaman dikembalikan ke
lahan ketika pengolahan lahan (studi ketersediaan unsur hara dalam tanah,
ketika tunggul padi dikembalikan ke tanah unsur apa saja yang harus ditambahkan
dan jumlahnya berapa)
b.
Jerami yang dibawa ke “rumah”
diperkaya sehingga menjadi pakan ternak yang bergizi (metode pengkayaan,
pemberian pakan ke ternak, dll)
c.
Jerami dari lahan atau jerami
sisa pakan difermentasi untuk digunakan sebagai medium pertumbuhan jamur (jamur
merang dan jamur tiram).
d.
Medium pertumbuhan jamur yang
sudah menghasilkan produk (sudah dipanen jamurnya) digunakan lagi sebagai pakan
ternak
2.
Sekam.
a.
Pengolahan sekam menjadi arang
sekam sebagai medium pertumbuhan tanaman dengan teknik hidroponik substrat
b.
Pengolahan sekam menjadi briket
arang sekam
c.
Pengolahan sekam menjadi
komponen potting soil untuk
hortikulutra
d.
Pemanfaatan sekam sebagai
sumber energi untuk pengeringan gabah, pembakaran keramik, batu bata, pemanas
ruangan
e.
Ekstraksi Silika dari sekam
untuk keperluan industri
Mengenal PTT
Padi Sawah
Apa kabar penyuluh
pertanian Indonesia?
Di era revolusi hijau
pengembangan varietas unggul yang dibudidayakan dengan input kimia secara tidak
terkendali untuk memacu produksi padi ternyata menurunkan kualitas lahan,
lingkunga dan effisiensi sistem produksi, sehingga keuntungan yang diperoleh
petani dari usahataninya relatif tidak seimabng dengan biaya dan tenaga yang
diinvestasikan. Belajar dari pengalaman tersebut kemudian dicarilah
teknologi yang mampu meningkatkan produksi dan pendapatan petani tanpa merusak
kualitas lahan dan lingkungan. Inovasi tersebut kemudian populer disebut
dengan nama Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), sejalan dengan tuntuttan
revolusi hijau lestari yang lebih mengedepankan peningkatan pendapatan petani
dan pelestarian sumber daya alam.
PTT adalah pendekatan dalam
budidaya tanaman dan berperan penting dalam meningkatkan produksi padi dalam
beberapa tahun terakhir. Keberhasilan program P2BN (Peningkatan Produksi
Beras Nasional) yang diimplementasikan sejak tahun 2007 tentu tidak dapat
dipisahkan dari pengembangan PTT Padi Sawah. Untuk mempertahkankan
swasembada beras yang telah berhasil diraih kembali pada tahun 2008, inovasi
teknologi ini terus dikembangkan oleh Departemen Pertanian.
Apa itu PTT?
Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) Padi Sawah adalah suatu
pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan
pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif
bersama petani.
Prinsip Utama penerapan
PTT.
Beberapa prinsip utama dalam
penerapan PTT Padi Sawah adalah sebagai berikut :
1. Partisipatif
2. Spesifik Lokasi
3. Terpadu
4. Sinergis atau Serasi
5. Dinamis
Penerapan PTT padi sawah diawali
dengan pemahaman terhadap masalah dan peluang pengembangan sumber daya dan
kondisi lingkungan setempat dengan tujuan :
1. Mengujmpulkan informasi
dan menganalisis masalah, kendala dan peluang usahatani padi.
2. Mengembangkan peluang
dalam upaya peningkatan produksi padi.
3. Mengidentifikasi
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani di wilayah setempat.
Tahapan Pelaksanaan.
Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Padi Sawah dilaksanakan melalui 2 tahapan pelaksanaan yang mencakup dua
kegiatan utama yaitu :
1. Penentuan prioritas
masalah secara bersama oleh anggota kelompok tani. Permasalahan setiap
petani dikumpulkan, dikelompokkan dan dicarikan alternatif pemecahanya oleh
semua peserta.
2. Analisis kebutuhan dan
peluang introduksi teknologi atas dasar permasalahan tersebut.
Apa Komponen Teknologi
PTT Padi Sawah?.
Komponen teknologi yang
diterapkan dalam PTT dikelompokkan ke dalam teknologi dasar dan pilihan.
Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi
padi sawah. Penerapan komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi,
kemauan dan kemampuan petani setempat.
Komponen teknologi dasar yang
wajib diaplikasikan dalam PTT Padi Sawah, antara lain :
1. Varietas unggul baru (Hibrida
atau Inbrida).
2. Benih bermutu dan
berlabel.
3. Pemberian bahan organik
melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos atau pupuk
kandang.
4. Pengaturan populasi
tanaman secara optimum.
5. Pemupukan berdasarkan
kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
6. Pengendalian OPT
(organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan PHT (pengendalian hama
terpadu).
Sedangkan komponen teknologi
pilihan yang dapat diapilkasikan dalam PTT Padi Sawah, antara lain :
1. Pengolahan tanah sesuai
musim dan pola tanam.
2. Penggunaan bibit muda
(< 21 hari).
3. Tanam bibit 1 -3 batang
per rumpun.
4. Pengairan secara
effektif dan effisien.
5. Penyiangan dengan alat
(landak, gasrok, dll).
6. Panen tepat waktu dan
gabah segera dirontok.
1 komentar:
Terima kasih atas infonya ...
Posting Komentar