Budi Daya Padi Sawah di Lahan Pasang
Surut
Pendahuluan
Usahatani
padi di lahan sawah pasang surut memerlukan teknik budi daya tersendiri,
karena keadaan tanah dan lingkungannya tidak serupa dengan lahan
sawah irigasi. Kesalahan budi daya dapat menyebabkan gagalnya panen dan
dapat pula merusak tanah dan lingkungan.
Berdasarkan
tipe luapan air, padi sawah dapat dibudidayakan pada lahan bertipe luapan
air A, B, atau C yang telah menjadi sawah tadah hujan.
Lahan
yang bertipe luapan air A adalah lahan yang selalu terluapi air, baik
pada saat pasang besar maupun kecil. Tipe B hanya terluapi air pada saat
pasang besar saja. Sedangkan lahan tipe C lahan tidak terluapi air
pasang, namun air tanahnya dangkal.
Lahan
pasang surut juga dapat ditanami padi gogo, tetapi teknik budi dayanya
berbeda dengan padi sawah. Dalam buku ini hanya diuraikan tentang teknik
budi daya padi sawah di lahan pasang surut.
Penyiapan
Lahan dan Pengelolaan Air
Penyiapan
lahan terdiri dari:
- Penebasan rumput-rumput/belukar. Penebasan dilakukan dengan menggunakan parang. Rumput/ belukar yang sudah ditebas dikumpulkan di suatu tempat kemudian dibakar.
- Pengolahan tanah.
- Pelumpuran dan perataan tanah.
Pengolahan
tanah dilakukan dua tahap. Setelah pengolahan tahap pertama, tanah
digenangi, agar zat beracun terpisah dari tanah. Tinggi air
genangan berkisar antara 5-10 cm. Untuk mengatur tinggi air enangan
dapat dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil bukaan pintu saluran
air. Pengolahan tanah tahap kedua dilakukan dua minggu
setelah pengolahan pertama.
Alat
untuk mengolah tanah dapat menggunakan:
- Cangkul.
- Traktor.
- Bajak yang ditarik sapi/kerbau.
Kedalaman
pengolahan tanah sekitar 20-25 cm, jika terlalu dalam dapat menyebabkan
terangkatnya lapisan pint (lapisan beracun). Pint ini dapat meracuni
tanaman dan berakibat tanaman mati.
Untuk
membuang zat beracun di tanah, perlu dibuat saluran cacing (kemalir)
dengan ukuran sebagai berikut:
- Lebar saluran 30 cm.
- Kedalaman 20 cm.
- Jarak antar-saluran berkisar antara 6-10 m. Selain di dalam petakan, dibuat juga saluran di sekeliling petakan.
Varietas
Beberapa
varietas padi sawah yang sesuai di lahan pasang surut telah disebarluaskan
di beberapa wilayah pasang surut. Melihat potensi hasil rata-rata 4-7
ton/ha, varietas unggul ini dapat meningkatkan pendapatan petani
khususnya di lahan pasang surut ini. Varietas padi sawah yang dapat tumbuh
dan berproduksi dengan baik di lahan sawah pasang surut.
Benih
Syarat
benih yang dipakai:
- Bermutu tinggi (daya kecambah lebih dari 90).
- Tidak tercampur dengan jenis padi atau biji tanaman lain.
- Jumlah benih 30-45 kg per hektar.
Cara
menentukan mutu benih yang akan dipakai:
- Siapkan kain ukuran 20 cm x 30 cm.
- Siapkan benih sebanyak 100 butir kemudian direndam dalam air selama ± 2 jam.
- Benih yang sudah direndam diletakkan di atas, kain yang sudah dibasahi (lembab). Tunggu 3 - 5 hari, kemudian hitung benih yang berkecambah. Kalau benih yang berkecambah lebih dari 90 butir, berarti benih tersebut bermutu tinggi.
Persemaian
Persemaian
dapat dibuat dengan dua cara yaitu persemaian basah dan kering.
Persemaian basah
Persemaian basah
- Benih direndam selama 12-24 jam, kemudian di-angkat dan dibiarkan berkecambah selama 1-2 hari.
- Persemaian dibuat pada lahan yang berair (macak-macak) dan tidak terluapi air pada saat pasang.
- Luas lahan persemaian 300-500 m2 untuk setiap hektar pertanaman.
- Tanah untuk persemaian diolah dua kali (sempurna), bersih dari rumput, belukar, sisasisa tanaman, kayu, batu, atau lainnya.
- Kemudian tanah diratakan dan diberi pupuk.
- Takaran pupuk untuk setiap meter persegi persemaian: 10 gram urea + 10 gram TSP (atau 14 gram SP 36) + 10 gram KCl.
Persemaian
kering
Persemaian
kering pada dasarnya sama dengan persemaian basah.
- Tempat persemaian dibuat di guludan.
- Benih langsung disemai tanpa direndam. Setelah disemai ditaburi dengan tanah halus abu sekam.
- Untuk mencegah serangan hama orong-orong, benih dicampur dengan insektisida seperti Furadan 3G sebanyak 1 gram untuk setiap 1 m2 persemaian.
- Untuk mencegah penyakit blas benih dicampur dengan fungisida seperti Benlate T 20 WP (Benomil) sebanyak 1 gram untuk setiap kilogram benih.
Penanaman
Untuk
keberhasilan usahatani padi di lahan pasang surut berikut ini dianjurkan
varietas-varietas yang ditanam menurut berbagai tipe lahan dan
musim. Di lahan pasang surut yang bertipe luapan A dan B, padi sawah
dapat diusahakan dua kali setahun.
Waktu
tanam
- Musim tanam pertama, penanaman dilakukan pertengahan Oktober sampai awal November.
- Musim tanam kedua, penanaman dilakukan pertengahan Maret sampai awal April.
Cara
penanaman: tandur jajar
·
Keuntungan
·
Mudah
melakukan penyiangan.
·
Mudah
melakukan penyemprotan.
·
Mudah
melakukan panen.
·
Kesulitan
·
Tenaga
kerja lebih banyak kalau belum ber-pengalaman.
·
Jarak
tanam:
·
lahan
potensial 25 cm x 25 cm
·
lahan
sulfat masam 20 cm x 20 cm
·
lahan
bergambut 20 cm x 20 cm
- Jumlah bibit: 3 - 4 batang setiap rumpun.
Penyiangan
dan Penyulaman
Penyiangan
dilakukan dua kali yaitu:
- Penyiangan pertama umur 3 minggu setelah tanam
- Penyiangan kedua umur 6 minggu setelah tanam
Penyiangan
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
- Dicabut dengan tangan, kemudian dipendan dalam tanah.
- Menggunakan alat siang (gasrok).
- Menggunakan herbisida antara lain DMA-6, Gramoxone, dengan takaran 3–4 liter per hektar dengan volume semprot 400-500 liter per hektar.
Apabila
ada tanaman yang mati, diadakan penyulaman (umur 1-2 minggu) dengan cara:
- Menggunakan bibit yang masih tersedia.
- Menyapih tanaman yang sudah tumbuh.
Pemupukan
Takaran
pupuk untuk setiap lokasi berbeda, tergantung pada tipologi lahannya.
Cara
pemberian pupuk
- Disebar rata di permukaan lahan.
- Keadaan air sawah pada saat memupuk harus macak-macak.
- Pengapuran penting artinya untuk menurunkan kemasaman tanah, terutama pada lahan sulfat masam.
- Takaran kapur: 1 ton per hektar.
- Waktu pengapuran: 2 minggu sebelum tanam.
- Keadaan air tanah pada saat pengapuran harus macak-macak.
Perlindungan
Tanaman
Hama
yang banyak menyerang pertanaman padi di lahan pasang surut adalah: tikus,
Orong-orong, Kepinding tanah (lembing batu), Walang sangit, Wereng
coklat. Sedangkah penyakit utama di lahan pasang surut adalah bias.
Pengendalian
hama tikus dapat dilakukan dengan:
- Memelihara kebersihan lingkungan
- Penanaman serempak (satu hamparan sekunder).
- Pemasangan umpan beracun, dengan racun Klerat RMB sebanyak 2 kg per hektar, dan diletakkan di beberapa tempat.
- Melaksanakan gropyokan atau pengemposan menggunakan belerang.
Hama
orong-orong dapat dikendalikan dengan cara:
- Menggenangi lahan
- Merendam bibit sebelum tanam dalam larutan pestisida karbofuran (Curater 3G, Dharmafur, atau Furadan 3G).
Kepinding
tanah dikendalikan dengan menyemprotkan pestisida sebanyak 1 - 2 liter/ha.
Penyakit
bias dikendalikan dengan:
- Menyemprotkan fungisida Beam atau Fujiwan se-banyak 1 - 2 kg per hektar.
- Menanam varietas yang tahan bias.
- Tidak menggunakan pupuk N secara berlebihan/melebihi takaran.
Panen
dan Pascapanen
Panen
Panen
dilakukan pada saat tanaman padi menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
- Sebagian besar gabah (90%) sudah berwarna kuning.
- Bila digigit gabah patah.
Panen
dapat dilakukan dengan menggunakan alat sebagai berikut:
- Sabit bergerigi
- Reaper
- Stripper.
Kehilangan
hasil pada saat panen dapat dihindari dengan usaha-usaha sebagai berikut:
- Panen tepat waktu.
- Setelah disabit langsung dirontok (paling lambat 1 hari).
- Saat merontok menggunakan alas (tikar atau terpal).
Pascapanen
Perontokan
gabah dapat dilakukan dengan cara
- Gebuk (gepyokan = istilah petani Karang Agung, Sumatera Selatan).
- Menggunakan mesin/alat perontok seperi tresher dan erekan.
Setelah
dirontok, gabah dijemur di atas terpal atau lantai jemuran. Ketebalan
gabah pada saat di jemur tidak lebih dari 5 cm. Selama penjemuran
gabah dibolak balik. Lama penjemuran sekitar 2 -3 hari dalam keadaan
panas terik. Gabah yang sudah kering dibersihkan dari kotoran, gabah
hampa, dan malai yang masih tersisa Alat pembersih gabah dapat menggunakan
tampah dan alat/mesin pembersih (seed cleaner). Gabah yang sudah
kering dan bersih dimasukkan ke karung untuk disimpan, digiling, atau
dipasarkan.
Analisis
Usahatani
Usahatani
padi di lahan pasang surut sangat menguntungkan jika diusahakan secara
hati-hati sesuai dengan tipologi lahannya serta mampu
mengendalikan serangan hama tikus. Pendapatan bersih usahatani
padi di lahan pasang surut tipologi lahan potensial dapat diperoleh
sebesar Rp 1.489.800 per hektar.
0 komentar:
Posting Komentar