CARA DAN
TATA TANAM
Dalam rangka menghemat benih padi
dan tanam pindah direkomendasikan dalam menanam bibit dalam setiap rumpun
dengan jumlah yang lebih sedikit. Jumlah bibit yang ditanam tidak lebih
dari 3 bibit per rumpun, dengan umur 15 – 20 hari (bibit muda), kerena memiliki
kelebihan diantaranya :
- Bibit akan cepat kembali pulih.
- Tanaman akan menghasilkan
anakan lebih banyak.
- Tanaman akan lebih tahan rebah.
- Tanaman akan lebih tahan
kekeringan.
- Akar akan lebih kuat dan dalam.
- Tanaman menyerap pupuk lebih
hemat sesuai kebutuhan.
- Tanaman amampu beradaptasi
dibandingkan dengan bibit yang lebih tua.
Contoh perhitungan kebutuhan benih
per hektar :
Berat 1000 butir gabah + 28
gram = (0,028 g/butir) maka kebutuhan benih untuk sistem tegel 25 x 25 cm
160.000 rumpun adalah :
- dengan, menggunakan bibit 1 per
rumpun = 4.48 kg/ha
- dengan, menggunakan bibit 2 per
rumpun = 8.96 kg/ha
- dengan, menggunakan bibit 3 per
rumpun = 13.44 kg/ha,
Sedangkan kebutuhan benih untuk cara
tanam sisitem legowo 50 x 25 x 25 cm (213.330) rumpun adalah :
- dengan, menggunakan bibit 1 per
rumpun = 5.9 kg/ha
- dengan, menggunakan bibit 2 per
rumpun = 11.8 kg/ha
- dengan, menggunakan bibit 3 per
rumpun = 17.7 kg/ha
Cara Tanam
Sistem Legowo
Tanam jajar legowo adalah suatu
rekayasa teknik tanam yang merupakan perubahan dari jarak tanam sistem tegel,
dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan, sehingga terjadi
pemadatan rumpun padi. Dengan menerapkan sistem tanam tersebut populasi
tanaman persatuan luas meningkat disbanding dengan sistem tegel. Kata
“Legowo” diambil dari bahasa Jawa Banyumas, yang berasal dari kata lego dan
dowo. Lego artinya luas dan dowo artinya memanjang. Dengan
demikian , legowo dalam hal ini berarti ruangan yang lebih lebar dan memanjang
diantara dua baris tanaman yang satu dengan tanaman lainnya, dalam bahasa
sunda disebut rorongkrang. Jarak antar kelompok barisan (lorong)
bisa 50 cm, 60 cm, atau 75 cm. Sedangkan jarak dalam barisan sejajar
legowo bisa 12.5 cm, 13.5 cm, atau 15 cm.
prinsip daar tanam padi sistem
legowo yaitu, menjadikan semua barisan maupun tanaman berada pada bagian
pinggir, dengan kata lain seolah-olah tanaman berada pada pinggir galengan,
sehingga semua tanman mendapat efek samping (border effect) yang sama.
Tanaman yang mendapat efek samping
produksinya lebih tinggi dari tanaman yasng tidak mendapat efek samping
Keuntungan
sistem Legowo dibandingkan dengan sistem Tegel
- 1. Populasi tanaman persatuan
luas meningkat
Teknologi tanaman padi sistem legowo
merupakan rekayasa teknologi pengaturan jarak tanam untuk mendapatkan
nilai lebih dari sistem tegel, yang sudah biasa dilakukan oleh petani.
Untuk memdapatkan populasi tanaman lebih besar atau sama dengan 160.000 rumpun
per ha dapat diatur dengan teknik cara tanm legowo. Populasi tanaman per
ha pada cara tanam legowo ditentukan oleh
- lebar legowo,
- jarak tanam dalam dan antar
barisan ,
- jumlah barisan tanaman dintara
dua baris legowo
Untuk melihat jumlah populasi
berdasarkan jarak tanam legowo dapat dilihat pada tabel1.
Untuk menghitung populasi tanaman
per hektar dapa digunakan rumus sebagai berikut
:
Ket.
JR = Jumlah Rumpun
JR = (JL = JAB) x
JDB
JL = Jarak Legowo di antara 2 baris legowo
2
JAB = Jarak antar baris
legowo
JDB = Jarak tanam
dalam barisan legowo
Contoh : Jarak tanam
legowo 50 x 25 x 12.5 cm
JR = (50 + 25) x 12.5
2
= 468.75
= 10000
468.75
= 21.333
Maka populasi tanaman per hektar
adalah : 10000 x 21.333 = 213.330 rumpun
Sedangkan untuk menghitung ruang
terbuka (%) atau ruang kosong pada tanaman padi sistem legowo dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
Ket : RK = Ruang Kosong
RK = L – { ½(A)+½(A) } x 100
%
L = Jarak legowo di antara dua kelompok
L
baris tanaman
A = Jarak tanam di
antara baris tanaman
sejajar legowo
½ = ½ jarak tanam
antara barisan legowo
Contoh : L = 50 cm
A = 25 cm
RK = 50 – ½ (25) + ½ (25) x
100 %
50
RK = 25/50 x 100 % = 50 %
Tabel 1. Jumlah rumpun per ha, selisih rumpun/ha, ruang kosong
(%), dan kebutuhan benih per ha pada cara tanam legowo dan tehel.
Variasi
lebar legowo (cm)
|
Jarak
tanam dalam barisan
|
Jumlah
rumpun tanaman per hektar (rumpun)
|
Selisih
rumpun per hektar
|
Ruang
Kosong (%)
|
Kebutuhan
benih per hektar (kg)
|
-/
tegel
|
25
x 25
|
160.000
|
-
|
-
|
13.44
|
50
|
25
x 12.5
|
213.330
|
53280
|
50.0
|
17.92
|
55
|
25
x 12.5
|
200.000
|
40.000
|
54.5
|
16.80
|
60
|
25
x 12.5
|
188.235
|
28.235
|
56.3
|
15.81
|
65
|
25
x 12.5
|
177.760
|
17.760
|
61.5
|
14.93
|
70
|
25
x 12.5
|
168.400
|
8.400
|
64.2
|
14.15<.div>
|
75
|
25
x 12.5
|
160.000
|
0
|
66.6
|
13.44
|
50
|
25 x 15
|
177.775
|
17.715
|
50.0
|
14.93
|
60
|
25 x 15
|
156.847
|
3.153
|
58.3
|
13.16
|
-/ tegel
|
30 x 30
|
111.108
|
-
|
-
|
9.33
|
60
|
30 x 15
|
148.113
|
37.025
|
50.0
|
12.44
|
-/ tegel
|
27 x 27
|
137.170
|
-
|
-
|
11.52
|
50
|
27 x 13.5
|
192.400
|
55.230
|
46
|
16.62
|
- 2. Pertumbuhan padi lebih
merata
Ruang terbuka (ruang kosong)
mempunyai arti penting dalam usahatani padi, terutama pada lahan luas dan sawah
berpengairan terus menerus. Dengan adanya ruang terbuka diantara dua
barisan legowo, tanaman padi mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan
sinar matahari, kerena semua berada pada barisan pinggir atau seolah-olah dekat
galengan.
- 3. Memudahkan pemeliharaan
Pada sistem legowo, pupuk diberikan
pada jalur barisan tanaman diantara dua legowo, sedangkan pada lorong
yang kosong (jalur legowo) tidak diberi pupuk. Dengan
demikian gulma yang berada pada lorong yang kosong pertumbuhannya
terhambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan padi. Pengendalian
gulma dengan menggunakan landakan hanya dilakukan satu arah
sepanjang barisan legowo, tanpa harus memotong seperti halnya pada sistem
tegel.
Dengan adanya lorong yang kosong ,
maka sinar matahari dapat langsung sampai pada bagian pangkal tanaman.
Dalam keafaan seperti ini, hama dan penyakit lebih kecil dibandingkan dengan
sistem tegel. Aktivitas pengendalian OPT dengan penyemprotan
insektisida lebih mudah dan lebih merata pada seluruh bagian
tanaman. Sedangkan pada sistem tegel, larutan insektisida hanya sampai
pada bagian permukaan tanaman. Di samping itu, pada tanam sistem tegel
apabila akan melakukan penyemprotan, sebelumnya petani sering membuat
lorong (di suai). Dengan demikian tanam padi sitem legowo akan
menghemat tenaga kerja dibanding sistem tegel. Penggunaan tenaga kerja
pada kedua sistem dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 2. Penggunaan Tenaga kerja Cara
Tanam sistem legowo dan Tegel.
Kegiatan
|
Jumlah Tenaga Kerja (HOK) per
Hektar
|
Legowa
|
Tegel
|
Pria
|
Wanita
|
Pria
|
Wanita
|
Persemaian
|
2
|
-
|
2
|
-
|
Pengolahan Tanah
|
25
|
-
|
25
|
-
|
Pencaplakan
|
2
|
-
|
2
|
-
|
Penanaman
|
-
|
25
|
-
|
18
|
Penyiangan
|
2
|
16
|
6
|
40
|
Pemupukan
|
-
|
2
|
-
|
2
|
Pengendalian OPT
|
3
|
-
|
3
|
-
|
JUMLAH
|
34
|
43
|
38
|
60
|
Efisiensi tenaga kerja tertinggi
diporoleh dari kegiatan penyiangan yaitu, 24 HOK (wanita) dan 4 HOK (pria).
Bila upah tenaga kerja diperhitungkan Rp 10.000 untuk wanita dan Rp 15.000
untuk pria, maka sistem legowo dapat menghemat biaya dari penyiangan sebesar Rp
300.000
- 4. Pemupukan lebih efektif dan
efisien
Pada sistem legowo terdapat
dua barisan tanaman diantara dua legowo. Pemberian pupuk hanya dilakukan
pada jalur/lorong antara dua barisan tersebut. sedangkan pada lorong yang
lebih lebar (legowo) tidak perlu diberi pupuk . Dengan
demikian pemberian pupuk lebih efektif dan efisien, kerena pupuk ditempatkan
tepat di tengah atau diantara barisan tanaman. Deisamping itu
dengan adanya lorong terbuka, pelaksanaan pemupukan menjadi lebih mudah.
- 5. Produksi padi lebih tinggi
15 – 20 %
Dari beberapa kali pengkajian dari
BPTP Jawa Barat, ternyata penerapan teknologi tanam pasi sistem legowo,
memberikan dampak terhadap kenaikan hasil padi persatuan luas. Menurut
Suriapermana (1999) dalam pengkajiannya yang dilakukan di Kab. Bandung
melaporkan dengan sistem legowo hasil panen padi meningkat 10 – 20 % dibanding menggunakan
sisitem tegel). Selanjutnya menurut Diratmaja (2002) melaporkan bahwa
pada sistem legowo memberikan hasil lebih tinggi 1.01 ton GKP/ha disbanding
dengan sistem tegel. Adanya kenaikan hasil disebabkan kerena, dengan
sistem logowo populasi tanaman persatuan luas meningkat serta adanya pengaruh
barisan pinggir (border effect) yang lebih banyak, serta pemupukan yang
efektif.
- 6. Priode pemeliharaan ikan
(mina padi) lebih lama (2 atau 3 kali tanam)
Nilai tambah dari tanam sistem
legowo, selain keuntungan dari peningkatan produksi padi, dengan adanya
lolongkrang yang mencapai 50 % diantara barisan tanaman padi sampai berumur
menjelang panen, dapat dimanfaatkan untuk memelihara ikan.
Dengan sistem logowo, waktu
pemeliharaan ikan bisa lebih lama (2-3 kali tanam) sampai padi berumur 90-95
hari. Padi sistem tanam tegel, pemeliharaan ikan hanya bisa
dilakukan di bagian caren dan sampai padi umur 45 hari, kerena setelah
waktu tersebut semua permukaan tanah sudah tertutup daun padi. Dengan
sistem legowo pertumbuhan ikan menjadi lebih baik, kerena dengan adanya
lolongkrang pakan alami ikan (plankton) dapat tubuh lebih baik, kerena mendapat
sinar matahari yang lebih banyak. Hasil ikan yang diperoleh dari minapadi
dengan sistem tanam legowo memberikan hasil ikan 7 – 55 % lebih tinggi
disbanding mina padi dengan sistem tegel (Suriapermana), 1995). Dilain
pihak, ikan disawah dapat memberikan manfaat bagi tanaman padi
berupa peningkatan kesuburan tanah melalui kotoran yang dikeluarkan dan
dapat menekan hama serta melakukan aerasi tanah melalui pembalikan tanah
saat mencari makan (Satari, 1962 dan Fagi 1992)
Kelemahan
sistem legowo dibandingkan dengan sistem tegel
- 1. Kebutuhan benih meningkat
Tidak satupun teknologi yang tanpa
kekurangan. Teknologi tanam padi dengan sistem legowo jumlah benih yang
diperlukan lebih banyak dari pada sistem tegel., bahwa kebutuhan benih
sistem tegel dengan jarak tanam 25 x 25 cm adalah 25 kg/ha (kebiasaan
petani), sedangkan kebutuhan benih pada sistem legowo dengan jarak legowo 50,
60, 70, dan 75 cm, dan jarak tanam dalam barisan tanaman 25 x 12.5 cm
berturut-turut adalah 30,25 kg, 31,25 kg, 26,30 kg, dan 25 kg/ha.
- 2. Upah tanam meningkat
Dengan meniningkatnya jumlah
populasi tanaman persatuan luas, maka upah tanam dengan sistem legowo juga
meningkat. Kalau dengan sistem tegel upah tanam hanya 10 HOK (wanita)
sedangkan pada sistem legowo meningkat menjadi 25 HOK (wanita). Apabila
upah tanam diperhitungkan sebesar Rp 10.000 maka terdapat selisih sebesar Rp
70.000.