Jumat, 03 Agustus 2012

budidaya tembakau



Teknik Budidaya
Kegiatan teknik budidaya tembakau meliputi beberapa jenis kegiatan dengan urutan sebagai berikut.
  • Pembibitan, yaitu kegiatan untuk menyiapkan bahan pertanaman.
  • Pengolahan tanah merupakan kegiatan untuk menyiapkan media tumbuh tanaman tembakau.
  • Penanaman yang meliputi pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam dan penanaman.
  • Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, penyiangan (pengendalian gulma dan penggemburan), pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan pewiwilan.
  • Panen dan penanganan lepas panen hingga hasil tembakau dipasarkan.
Dalam teknologi budidaya tembakau terdapat beberapa yang spesifik sesuai karakteristik tanaman tembakau. Teknologi budidaya tersebut secara lengkap disajikan dalam uraian berikut.
Pembibitan/Pemuliaan
Langkah pertama dalam pembibitan adalah mengadakan benih yang bermutu dari varietas unggul. Benih yang bermutu dan varietas unggul dapat menentukan hasil tembakau. Varietas unggul tembakau dapat diperoleh dari tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat yang unggul.
Dengan telah lamanya pengembangan tembakau di Indonesia (1860), (de Jonge, 1989) maka diperkirakan Indonesia telah memiliki plasma nutfah yang besar sebagai sumber genetik untuk melakukan pemuliaan tanaman. Kelemahan-kelemahan varietas yang ada terhadap lingkungan marginal seperti hama dan penyakit, kekeringan, kemiskinan unsur hara dan kemasaman tanah dapat diatasi dengan memberdayakan berbagai ragam genetik dalam plasma nutfah yang ada.
Seperti yang telah dilakukan oleh Balitas Malang telah mengidentifikasi varietas atau galur yang tahan beberapa hama dan penyakit tanaman tembakau, seperti tertera pada tabel berikut.
Varietas/Galur Tembakau Virginia yang Tahan Terhadap Beberapa Macam Penyakit Utama
Nama Varietas/galur
Penyakit
Lanas
Layu bakteri
Nematoda @
TMV
Coker 48
ST
ST
R
R
Coker 51
ST
ST
T
T
Coker 80-F
T
T
-
-
Coker 86
ST
ST
T
T
Coker 111
T
-
-
-
Coker 187 Hicks
ST
M
R
R
Coker 206
ST
ST
R
R
Coker 254
M
ST
T
R
Coker 258
ST
ST
T
R
Coker 298
ST
ST
R
R
Coker 316
T
T
-
-
Coker 319
R
R
R
R
Coker 371 Gold
ST
M
R
R
McNair 133
ST
ST
R
R
Speight G-28
ST
ST
T
R
NC 95
M
ST
T
R
NC 2326
M
R
R
R
SC 72
M
ST
T
T
K 399
ST
ST
T
R
Dixie Bright 27
-
T
-
-
Dixie Bright 101
T
T
-
-
Dixie Bright 102
T
T
-
-
Oxford 1
T
-
-
-
Oxford 3
T
-
-
-
Oxford 26
-
T
-
-
Sumber : Lucas (1975); Todd (1981); Melton et. Al. (1991)
Keterangan ST = Sangat Tahan; T = Tahan; M = Moderat; R = Rentan
- = tidak ada informasi; @ hanya tahan terhadap M. incognita ras 1 dan 3
Pemuliaan tanaman tembakau juga dapat digunakan untuk menghasilkan daun tembakau bernikotin rendah sehingga dapat memenuhi peraturan pemerintah No. 81 tahun 1999.
Pada prinsipnya pembibitan tembakau dapat dilakukan secara bedengan dengan hasil bibit tembakau cabutan atau sistem polybag dengan hasil bibit dalam polybag. Kegiatan pembibitan tembakau terdiri dari persiapan benih, pemilihan tempat pembibitan, pembuatan bedengan, penaburan benih, pemeliharaan, seleksi dan pemindahan bibit.
Benih. Benih tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50 – 80 mg/1 000 biji atau setiap gram mengandung 13000 butir benih, dengan demikian untuk dapat menyebar secara merata di atas bedengan tidak dapat disebarkan secara langsung. Benih yang digunakan untuk pembibitan harus dipersiapkan dari areal khusus pembibitan dan diseleksi secara tepat. Benih harus memiliki daya kecambah lebih dari 80 %.
Benih merupakan sarana produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat genetik dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Benih haruslah memiliki kemurnian yang tinggi tidak tercampur benih rusak, kotoran ataupun biji gulma, daya kecambah di atas 80 % dan bebas hama dan penyakit. Dengan demikian untuk pengadaan benih harus diseleksi dari pohon induk ataupun proses pemuliaan yang benar serta teknologi produksi benih yang memenuhi standar sehingga diperoleh benih unggul dan bermutu.
Untuk pengadaan benih tersebut diperlukan sarana prasarana yang memadai serta sumber daya manusia yang memahami pemuliaan dan produksi benih. Untuk itu pengadaan benih haruslah dikelola secara profesional baik oleh instansi terkait (seperti Balitas Malang dan Badan Penangkar Benih) dan swasta yang berkecimpung dalam industri tembakau. Sebagai contoh kasus Balitas Malang telah menghasilkan beberapa varietas unggul tembakau beserta sistem produksi benihnya. Contoh yang lain adalah untuk petani tembakau binaan PT. BAT Indonesia Tbk memperoleh benih yang dihasilkan secara standar produksi benih oleh PT. BAT Indonesia Tbk di Bali. Hasil dari benih ini adalah : keseragaman tanaman, vigor tanaman tinggi yang diawali oleh daya kecambah yang tinggi. Sedangkan contoh kasus petani Temanggung yang menggunakan benih hasil panen sendiri terdapat banyak kelemahan seperti daya kecambah serta produksi yang rendah.
Pesemaian Bedengan. Kegiatan pertama adalah pemilihan lahan untuk pembibitan dengan kriteria : dekat dengan areal pertanian, dekat dengan sumber air, tanahnya gembur subur dan mudah diolah, lahan terbuka terhadap sinar matahari, bebas dari tanaman famili Solanaseae pada pertanaman sebelumnya dan bebas dari gangguan hewan peliharaan.
Pengolahan Tanah pesemaian bedengan dilakukan 30 – 35 hari sebelum penaburan benih. Pengolahan tanah ini harus sudah dilakukan 70 – 80 hari sebelum tanam agar bibit siap salur pada waktu tanam, karena umur bibit tembakau siap salur adalah 40 – 45 hari. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan I dan pembajakan II dengan interval 1 sampai 2 minggu dan dengan kedalaman bajak 30 – 40 cm. Bedengan dibentuk dengan arah timur barat yang berukuran lebar 1 m panjang 5 m tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 75 – 100 cm.
Penaburan Benih dilakukan setelah bedengan semai siap tanam. Sebelum penaburan benih dilakukan pemupukan dasar dengan dosis 0,5 – 1 kg pupuk NPK/m2, 3 sampai 4 hari sebelum sebar. Benih tembakau dapat disebar di bedengan dengan perendaman atau tanpa rendaman sebelumnya. Perendaman benih dapat dilakukan selama 48 jam sebelum sebar. Penaburan benih dapat dilakukan dengan gembor berisi air ditambah sabun sebagai pendispersi agar benih tidak mengumpul. Penyebaran benih tanpa perendaman dapat dilakukan dengan mencampur benih dengan abu atau pasir halus agar merata.
Pembibitan perlu diberi naungan untuk melindungi benih dari cahaya matahari konstruksi atap naungan terbuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran memanjang sepanjang bedengan. Naungan dapat digunakan plastik Polyetilen berukuran 5,2 m x 1,2 m x 0,5 m. Plastik Polyotilen (atap) dapat dibuka dari pukul 07.00 sampai 10.30 pada saat bibit berumur 15 – 20 hari, pukul 07.00 – 12.00 pada saat umur bibit 20 – 28 hari dan satu hari penuh setelah umur bibit 28 hari.
Di atas benih perlu dihamparkan mulsa dari potongan jerami berukuran ± 25 cm. Mulsa tersebut berfungsi untuk mencegah benih berpindah pada saat penyiraman atau saat hujan, melindungi kecambah dari matahari dan mengurangi penguapan serta mencegah kerusakan permukaan bedengan.
Pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan, penjarangan mulsa, penyiangan, penjarangan tanaman, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan secara intensif untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang baik. Waktu dan volume penyiraman pada pembibitan seperti tertera pada tabel berikut
Waktu dan Volume Penyiraman pada Pembibitan Tembakau



    Waktu dan Volume Penyiraman pada Pembibitan Tembakau
    No
    Waktu Penyiraman (HSS)
    Frekuensi
    Volume (l/m2)
    1.
    0 – 7            
    3 – 4 kali/hari
    4.2 – 5.6
    2.
    7 – 20
    2 – 3 kali/hari
    2.8 – 4.2
    3.
    20 – 30
    1 – 2 kali/hari
    1.4 – 2.8
    4.
    30 – 35
    1 kali/minggu
    1.5
    Keterangan : HSS = Hari Setelah Sebar
    Sumber : Standar kultur Teknis PT. BAT Indonesia Klaten
    Pemupukan bedengan semai dilakukan 3-4 hari sebelum penaburan benih. Dosis pemupukan adalah 35 g ZA, 100 g SP-36 dan 20 g ZK per m2 bedengan. Atau dapat digunakan pupuk majemuk NPK dengan dosis 0.1 – 1 kg/m2 bedengan. Pupuk ditabur merata di atas bedengan dan dicampur dengan lapisan tanah atas.
    Hama dan penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah ulat daun, ulat pucuk, ulat tanah dan penyakit rebah kecambah Phytium spp. Contoh jadwal penyemprotan insektisida dan fungisida pada pembibitan tembakau seperti tersaji pada tabel berikut.
    Jadwal Penyemprotan Insektisida dan Fungisida di Pembibitan Tembakau
    No
    Umur Bibit (hari)
    Volume Air (l/ha)
    Insektisida
    Fungisida
    1
    14
    500
    Fastac atau Decis
    Benlate
    2
    17
    500
    Fastac atau Decis
    Benlate
    3
    20
    500
    Fastac atau Decis
    Topsin atau Orthocide
    4
    23
    600
    Fastac atau Decis
    Topsin atau Orthocide
    5
    26
    600
    Azodrine atau Gusadrin
    Topsin atau Orthocide
    6
    29
    700
    Fastac atau Decis
    Benlate
    7
    32
    800
    Fastac atau Decis
    Topsin atau Orthocide
    8
    36
    900
    Azodrine
    Topsin atau Orthocide
    9
    38
    1000
    Azodrine
    Benlate
    10
    41
    1500
    Fastac/Decis/Gusadrin
    Benlate
    Sumber : Arsip Kebun Wedi Birit, (1998)
    Penjarangan bibit (reseting) perlu dilakukan untuk menghindari kelembaban yang berlebihan karena bibit terlalu padat yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah kecambah atau lanas. Disampig itu penjarangan juga diperlukan agar bibit tidak mengalami etiolasi dan tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga bibit tumbuh dengan vigor seragam. Reseting dilakukan pada umur 21 hari.
    Seleksi bibit dilakukan tiga kali yaitu pada umur 10 – 13 hari, 20 – 23 hari dan 33 hari. Bibit siap salur memiliki kriteria umur 38 – 40 hari, tinggi bibit 10 – 12 cm, diameter batang 0,8 – 1 cm, jumlah daun 5 -6 lembar, warna daun hijau dan tanaman sehat. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi atau sore hari dengan menyiram bedengan sebelumnya. Pencabutan dilakukan dengan menyatukan daun yang telah sempurna.
    Pembibitan Sistem Polybag
    Kelebihan utama dari sistem ini adalah mengurangi kerusakan akar pada saat pemindahan bibit, mengurangi tingkat kematian bibit, menghilangkan stagnasi dan menyeragamkan pertumbuhan bibit. Dengan demikian penyulaman dapat ditekan hingga tingkat nol. Cara pembibitan dengan sistem polybag pada awalnya sama seperti sistem bedengan, hanya setelah umur bibit 21 hari bibit dipindahkan ke polybag. Media bibit sistem polybag terdiri dari tanah dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan : a) pada tanah berat 5 : 3 : 2, b) pada tanah sedang 5 : 2 : 2 dan c) pada tanah ringan 5 : 3 : 1. Disamping itu media dicampur dengan pupuk NPK dengan dosis 1,5 – 2 kg pupuk NPK setiap 1 m3 tanah. Ukuran plastik media adalah panjang 110 cm dan diameter 110 cm. Tanah media dimasukkan ke dalam plastik polybag. Tanah media tersebut sebelumnya disterilisasi dengan metode solarisasi selama 14 – 20 hari. Selanjutnya bibit yang telah berumur 3 minggu (21 HSS) dipindahkan ke polybag dan dilakukan penyiraman seperti pada pembibitan bedengan. Pemeliharaan dan kriteria salur seperti pada pembibitan bedengan, hanya pada pembibitan polybag telah dilakukan seleksi bibit dan pengaturan jarak tanam.

    0 komentar:

    Posting Komentar

    ◄ Posting Baru
     

    Browser

    Messaging And Chatting

    Copyright 2012 PUTRA TANIKU: budidaya tembakau Template by Bamz | Publish on Bamz Templates