Senin, 24 September 2012

intensifikasi pertanian


Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi pertanian adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Intensifikasi pertanian banyak dilakukan di Pulau Jawa dan Bali yang memiliki lahan pertanian sempit.

Pada awalnya intensifikasi pertanian ditempuh dengan program Panca Usaha Tani, yang kemudian dilanjutkan dengan program sapta usaha tani. Adapun sapta usaha tani dalam bidang pertanian meliputi kegiatan sebagai berikut :

* Pengolahan tanah yang baik
* Pengairan yang teratur
* Pemilihan bibit unggul
* Pemupukan
* Pemberantasan hama dan penyakit tanaman
* Pengolahan pasca panen
* Pemasaran

2. Ekstensifikasi Pertanian
Adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru,misalnya membuka hutan dan semak belukar, daerah sekitar rawa-rawa, dan daerah pertanian yang belum dimanfatkan. Selain itu, ekstensifikasi juga dilakukan dengan membuka persawahan pasang surut.
Ekstensifikasi pertanian banyak dilakukan di daerah jarang penduduk seperti di luar Pulau Jawa, khususnya di beberapa daerah tujuan transmigrasi, seperti Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya.

3. Diversifikasi Pertanian
Adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian.
Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

A. Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain bertani juga beternak ayam dan beternak ikan.
B. Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu lahan selain ditanam jagung juga ditanam padi ladang.

Senin, 17 September 2012

padi jajar legowo


CARA DAN TATA TANAM
Dalam rangka menghemat benih padi dan tanam pindah direkomendasikan dalam menanam bibit dalam setiap rumpun dengan jumlah yang lebih sedikit.  Jumlah bibit yang ditanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun, dengan umur 15 – 20 hari (bibit muda), kerena memiliki kelebihan diantaranya :
  • Bibit akan cepat kembali pulih.
  • Tanaman akan menghasilkan anakan lebih banyak.
  • Tanaman akan lebih tahan rebah.
  • Tanaman akan lebih tahan kekeringan.
  • Akar akan lebih kuat dan dalam.
  • Tanaman menyerap pupuk lebih hemat sesuai kebutuhan.
  • Tanaman amampu beradaptasi dibandingkan dengan bibit yang lebih tua.
Contoh perhitungan kebutuhan benih per hektar :
Berat 1000 butir gabah + 28 gram = (0,028 g/butir) maka kebutuhan benih untuk sistem tegel 25 x 25 cm 160.000 rumpun adalah :
  • dengan, menggunakan bibit 1 per rumpun = 4.48 kg/ha
  • dengan, menggunakan bibit 2 per rumpun = 8.96 kg/ha
  • dengan, menggunakan bibit 3 per rumpun = 13.44 kg/ha,
Sedangkan kebutuhan benih untuk cara tanam sisitem legowo 50 x 25 x 25 cm (213.330) rumpun adalah :
  • dengan, menggunakan bibit 1 per rumpun = 5.9 kg/ha
  • dengan, menggunakan bibit 2 per rumpun = 11.8 kg/ha
  • dengan, menggunakan bibit 3 per rumpun = 17.7 kg/ha
Cara Tanam Sistem Legowo
Tanam jajar legowo adalah suatu rekayasa teknik tanam yang merupakan perubahan dari jarak tanam sistem tegel, dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan, sehingga terjadi pemadatan rumpun padi.  Dengan menerapkan sistem tanam tersebut populasi tanaman persatuan luas meningkat disbanding dengan sistem tegel.  Kata “Legowo” diambil dari bahasa Jawa Banyumas, yang berasal dari kata lego dan dowo.  Lego artinya luas dan dowo artinya memanjang.   Dengan demikian , legowo dalam hal ini berarti ruangan yang lebih lebar dan memanjang diantara dua baris  tanaman yang satu dengan tanaman lainnya, dalam bahasa sunda disebut rorongkrang.  Jarak antar kelompok barisan (lorong)  bisa 50 cm, 60 cm, atau 75 cm.  Sedangkan jarak dalam barisan sejajar legowo bisa 12.5 cm, 13.5 cm, atau 15 cm.
prinsip daar tanam padi sistem legowo yaitu, menjadikan semua barisan maupun tanaman berada pada bagian pinggir, dengan kata lain seolah-olah tanaman berada pada pinggir galengan, sehingga semua tanman mendapat efek samping (border effect) yang sama.
Tanaman yang mendapat efek samping produksinya lebih tinggi dari tanaman yasng tidak mendapat efek samping
Keuntungan sistem Legowo dibandingkan dengan sistem Tegel
  1. 1. Populasi tanaman persatuan luas meningkat
Teknologi tanaman padi sistem legowo merupakan rekayasa  teknologi pengaturan jarak tanam untuk mendapatkan nilai lebih dari sistem tegel, yang sudah biasa dilakukan oleh petani.  Untuk memdapatkan populasi tanaman lebih besar atau sama dengan 160.000 rumpun per ha dapat diatur dengan teknik cara tanm legowo.  Populasi tanaman per ha pada cara tanam legowo ditentukan  oleh
  1. lebar legowo,
  2. jarak tanam dalam dan antar barisan ,
  3. jumlah barisan tanaman dintara dua baris legowo
Untuk melihat jumlah populasi berdasarkan jarak tanam legowo dapat dilihat pada tabel1.
Untuk menghitung populasi tanaman per hektar dapa digunakan rumus sebagai berikut :                                                      Ket.   JR   =  Jumlah Rumpun
JR = (JL = JAB) x JDB                             JL  =  Jarak Legowo di antara 2 baris legowo
2
JAB  =  Jarak antar baris legowo
JDB   =  Jarak tanam dalam barisan legowo
Contoh :   Jarak tanam legowo 50 x 25 x 12.5 cm
JR = (50 + 25) x 12.5
2
= 468.75
= 10000
468.75
= 21.333
Maka populasi tanaman per hektar adalah : 10000 x 21.333 = 213.330 rumpun
Sedangkan untuk menghitung ruang terbuka (%) atau ruang kosong  pada tanaman padi sistem legowo dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Ket : RK =  Ruang Kosong
RK = L – { ½(A)+½(A) } x 100 %                L   =  Jarak legowo di antara dua kelompok
L                                                   baris tanaman
A   =  Jarak tanam di antara baris tanaman
sejajar legowo
½   =  ½ jarak tanam antara  barisan legowo
Contoh  : L = 50 cm   A = 25 cm
RK =  50 – ½ (25) + ½ (25) x 100 %
50
RK =  25/50 x 100 % = 50 %
Tabel 1. Jumlah rumpun per ha, selisih rumpun/ha, ruang kosong (%), dan kebutuhan benih per ha pada cara tanam legowo dan tehel.
Variasi lebar legowo (cm)
Jarak tanam dalam barisan
Jumlah rumpun tanaman per hektar  (rumpun)
Selisih rumpun per hektar
Ruang Kosong (%)
Kebutuhan benih per hektar (kg)
-/ tegel
25 x 25
160.000
-
-
13.44
50
25 x 12.5
213.330
53280
50.0
17.92
55
25 x 12.5
200.000
40.000
54.5
16.80
60
25 x 12.5
188.235
28.235
56.3
15.81
65
25 x 12.5
177.760
17.760
61.5
14.93
70
25 x 12.5
168.400
8.400
64.2
14.15<.div>
75
25 x 12.5
160.000
0
66.6
13.44
50
25 x 15
177.775
17.715
50.0
14.93
60
25 x 15
156.847
3.153
58.3
13.16
-/ tegel
30 x 30
111.108
-
-
9.33
60
30 x 15
148.113
37.025
50.0
12.44
-/ tegel
27 x 27
137.170
-
-
11.52
50
27 x 13.5
192.400
55.230
46
16.62
  1. 2. Pertumbuhan padi lebih merata
Ruang terbuka  (ruang kosong) mempunyai arti penting dalam usahatani padi, terutama pada lahan luas dan sawah berpengairan terus menerus.  Dengan adanya ruang terbuka diantara dua barisan legowo, tanaman padi mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan sinar matahari, kerena semua berada pada barisan pinggir atau seolah-olah dekat galengan.
  1. 3. Memudahkan pemeliharaan
Pada sistem legowo, pupuk diberikan pada jalur barisan tanaman  diantara dua legowo, sedangkan pada lorong yang kosong  (jalur legowo) tidak diberi pupuk.  Dengan demikian  gulma yang berada pada lorong yang kosong pertumbuhannya terhambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan padi.  Pengendalian  gulma dengan menggunakan  landakan hanya dilakukan satu arah  sepanjang barisan legowo, tanpa harus memotong seperti halnya  pada sistem tegel.
Dengan adanya lorong yang kosong , maka sinar matahari dapat langsung sampai pada bagian pangkal tanaman.  Dalam keafaan seperti ini, hama dan penyakit lebih kecil dibandingkan dengan sistem tegel.  Aktivitas pengendalian OPT dengan penyemprotan  insektisida lebih mudah  dan lebih merata pada seluruh bagian tanaman.  Sedangkan pada sistem tegel, larutan insektisida hanya sampai pada bagian permukaan tanaman.  Di samping itu, pada tanam sistem tegel apabila akan melakukan penyemprotan, sebelumnya petani sering membuat lorong  (di suai).  Dengan demikian tanam padi sitem legowo akan menghemat tenaga kerja dibanding sistem tegel.  Penggunaan tenaga kerja pada kedua sistem dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 2. Penggunaan Tenaga kerja Cara Tanam sistem legowo dan Tegel.
Kegiatan
Jumlah Tenaga Kerja (HOK) per Hektar
Legowa
Tegel
Pria
Wanita
Pria
Wanita
Persemaian
2
-
2
-
Pengolahan Tanah
25
-
25
-
Pencaplakan
2
-
2
-
Penanaman
-
25
-
18
Penyiangan
2
16
6
40
Pemupukan
-
2
-
2
Pengendalian OPT
3
-
3
-
JUMLAH
34
43
38
60
Efisiensi tenaga kerja tertinggi diporoleh dari kegiatan penyiangan yaitu, 24 HOK (wanita) dan 4 HOK (pria).  Bila upah tenaga kerja diperhitungkan Rp 10.000 untuk wanita dan Rp 15.000 untuk pria, maka sistem legowo dapat menghemat biaya dari penyiangan sebesar Rp 300.000
  1. 4. Pemupukan lebih efektif dan efisien
Pada sistem legowo  terdapat dua barisan tanaman diantara dua legowo.  Pemberian pupuk hanya dilakukan pada jalur/lorong  antara dua barisan tersebut. sedangkan pada lorong yang lebih lebar  (legowo)  tidak perlu diberi pupuk .  Dengan demikian pemberian pupuk lebih efektif dan efisien, kerena pupuk ditempatkan tepat  di tengah atau diantara barisan tanaman.  Deisamping itu dengan adanya lorong terbuka, pelaksanaan pemupukan menjadi lebih mudah.
  1. 5. Produksi padi lebih tinggi 15 – 20 %
Dari beberapa kali pengkajian dari BPTP Jawa Barat, ternyata penerapan teknologi tanam pasi sistem legowo, memberikan dampak terhadap kenaikan hasil padi persatuan luas.  Menurut Suriapermana (1999) dalam pengkajiannya  yang dilakukan di Kab. Bandung melaporkan dengan sistem legowo hasil panen padi meningkat 10 – 20 % dibanding menggunakan sisitem tegel).  Selanjutnya menurut Diratmaja (2002) melaporkan bahwa pada sistem legowo memberikan hasil lebih tinggi 1.01 ton GKP/ha disbanding dengan sistem tegel.  Adanya kenaikan hasil disebabkan kerena, dengan sistem logowo populasi tanaman persatuan luas meningkat serta adanya pengaruh barisan pinggir (border effect) yang lebih banyak, serta pemupukan yang efektif.
  1. 6. Priode pemeliharaan ikan (mina padi) lebih lama (2 atau 3 kali tanam)
Nilai tambah dari tanam sistem legowo, selain keuntungan dari peningkatan produksi padi, dengan adanya lolongkrang yang mencapai 50 % diantara barisan tanaman padi sampai berumur menjelang panen, dapat dimanfaatkan untuk memelihara ikan.
Dengan sistem logowo, waktu pemeliharaan ikan bisa lebih lama (2-3 kali tanam) sampai padi berumur 90-95 hari.  Padi sistem tanam tegel, pemeliharaan ikan hanya bisa dilakukan  di bagian caren dan sampai padi umur 45 hari, kerena setelah waktu tersebut semua permukaan tanah sudah tertutup daun padi.  Dengan sistem legowo pertumbuhan ikan menjadi lebih baik, kerena dengan adanya lolongkrang pakan alami ikan (plankton) dapat tubuh lebih baik, kerena mendapat sinar matahari yang lebih banyak.  Hasil ikan yang diperoleh dari minapadi dengan sistem tanam legowo memberikan hasil ikan 7 – 55 % lebih tinggi disbanding mina padi dengan sistem tegel (Suriapermana), 1995).  Dilain pihak,  ikan disawah  dapat memberikan manfaat bagi tanaman padi berupa peningkatan kesuburan tanah melalui kotoran yang dikeluarkan  dan dapat menekan hama serta melakukan aerasi tanah melalui pembalikan tanah  saat mencari makan (Satari, 1962 dan Fagi 1992)
Kelemahan sistem legowo dibandingkan dengan sistem tegel
  1. 1. Kebutuhan benih meningkat
Tidak satupun teknologi yang tanpa kekurangan.  Teknologi tanam padi dengan sistem legowo jumlah benih yang diperlukan lebih banyak dari pada sistem tegel., bahwa kebutuhan  benih sistem tegel dengan jarak tanam  25 x 25 cm adalah 25 kg/ha (kebiasaan petani), sedangkan kebutuhan benih pada sistem legowo dengan jarak legowo 50, 60, 70, dan 75 cm, dan jarak tanam dalam barisan tanaman 25 x 12.5 cm berturut-turut adalah 30,25 kg, 31,25 kg, 26,30 kg, dan 25 kg/ha.
  1. 2. Upah tanam meningkat
Dengan meniningkatnya jumlah populasi tanaman persatuan luas, maka upah tanam dengan sistem legowo juga meningkat.  Kalau dengan sistem tegel upah tanam hanya 10 HOK (wanita) sedangkan pada sistem legowo meningkat menjadi 25 HOK (wanita).  Apabila upah tanam diperhitungkan sebesar Rp 10.000 maka terdapat selisih sebesar Rp 70.000.

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Browser

Messaging And Chatting

Copyright 2012 PUTRA TANIKU: September 2012 Template by Bamz | Publish on Bamz Templates